Viscose Rayon dari Pangkalan Kerinci untuk Indonesia dan Dunia
Cari Berita

Advertisement

Viscose Rayon dari Pangkalan Kerinci untuk Indonesia dan Dunia

Senin, 21 Oktober 2024

President Director of APR, Basrie Kamba.


PEKANBARU, PARASRIAU.COM - Asia Pacific Rayon (APR) merupakan produsen viscose-rayon terintegrasi terbesar di Asia. 


Pada tahun 2019 perusahan ini memulai operasionalnya di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dengan kapasitas produksi 300.000 ton viscose-rayon per-tahun.



Dengan investasi besar dalam peningkatan kapasitas produksi dan pengembangan teknologi, APR menargetkan untuk memenuhi permintaan pasar. Saat ini jumlah permintaan bahan tekstil yang lebih lestari terus meningkat.


Demikian diungkapkan President Director of APR, Basrie Kamba dalam acara diskusi bersama media massa di Hotel Pangeran, Kota Pekanbaru, Senin (21/10/2024).


Dijelaskan Basrie, saat ini Asia Pacific Rayon (APR) merupakan salah satu perusahaan produsen serat viscose-rayon terbesar di Asia. Bahkan kini, APR diakui sudah memimpin revolusi tekstil berkelanjutan di Indonesia yang lokasinya berada di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.



Yang lebih menarik lagi, dengan komitmen kuat terhadap praktik berkelanjutan APR menawarkan alternatif bahan baku tekstil yang ramah lingkungan. Dan terbukti, salah satu diantara keunggulan APR adalah penggunaan bahan baku kayu yang berasal dari hutan industri yang dikelola secara lestari.


Kata Basrie, proses produksi yang ketat memastikan setiap serat viscose-rayon yang dihasilkan berasal dari sumber yang terbarukan dan tidak merusak lingkungan. Adapun Sertifikasi PEFC yang dimiliki bahan baku APR menjadi bukti nyata komitmen perusahaan terhadap pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.


“Serat kayu APR berasal dari sumber yang dikelola secara lestari dan telah memiliki serangkaian sertifikasi internasional. Bahan baku yang disuplai dari APRIL telah tersertifikasi Programme For The Endorsement of Forest Certification (PEFC),” jelas Basrie Kamba.



Sementara itu, katanya, Viscose-rayon yang diproduksi APR memiliki sifat yang unik, yaitu mudah terurai secara alami. Hal ini menjadikan produk tekstil berbasis viscose-rayon sebagai pilihan yang ramah lingkungan.


"Dengan bahan baku yang terbuat dari pohon atau tanaman, ini jadi akan mudah terurai. Dari beberapa penelitian, jika bahan ini dikubur di tanah selama 21 hari dia akan larut, jadi sangat ramah lingkungan," ujarnya.


Lanjut Basrie, APR tak hanya fokus pada produksi, tetapi juga aktif dalam mengembangkan industri mode lokal. 



"Melalui berbagai program, perusahaan ini memberikan dukungan kepada para pengrajin dan desainer lokal. Pembinaan dan pelatihan yang intensif diberikan untuk meningkatkan kualitas produk serta mendorong penggunaan bahan baku lokal," ujarnya bangga.


Sebagai bentuk komitmen terhadap pengembangan industri mode berkelanjutan di Indonesia, tambahnya, pada tahun 2020 APR menginisiasi Jakarta Fashion Hub (JFH) sebuah ruang kolaborasi untuk mempromosikan fesyen berkelanjutan sambil mendukung pertumbuhan industri tekstil dalam negeri. Platform ini menjadi wadah bagi para desainer, pengusaha dan produsen untuk berkolaborasi dan menampilkan karya-karyanya. 


"JFH diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan mode yang inovatif dan berkelanjutan di Indonesia," harapnya.


Namun demikian, kata Basrie, APR menyadari bahwa upaya untuk membangun industri tekstil yang berkelanjutan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. 



Oleh karena itu, perusahaan ini aktif menjalin kerja sama dengan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan pelaku industri lainnya. Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri mode yang bertanggung jawab.


"Dengan hadirnya APR, Riau memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi tekstil berkelanjutan di Indonesia. Ketersediaan bahan baku yang melimpah, didukung oleh proses produksi yang ramah lingkungan, menjadikan Riau sebagai destinasi yang menarik bagi industri fesyen," ujarnya optimis.



Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mengembangkan industri mode berkelanjutan di Indonesia. Satu di antara tantangan utama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilih produk yang ramah lingkungan. Selain itu, perlu adanya dukungan kebijakan yang lebih kuat dari pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri ini.


“APR tidak bisa berjalan sendiri, Pemda harus ikut mendorong. Kemudian, terpenting adalah komitmen para desainer yang ada di Riau. Karena mereka yang paham wastra apa yang harus diangkat dan tren fesyen yang sedang berkembang. Jadi dengan ada bahan baku di sini dan sudah dinyatakan berkelanjutan dan bersertifikasi mestinya Riau tidak akan kalah,” pungkas Basrie.



Keberhasilan APR dalam menggabungkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai mana dilansir dari media center riau, dalam bisnisnya menjadikannya sebagai role model bagi perusahaan-perusahaan lainnya. 


"Melalui inovasi dan komitmen yang kuat, APR telah membuktikan bahwa bisnis yang berkelanjutan tidak hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan bagi semua pihak. ***