KONGRES XXV PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) yang berlangsung 25-26 September 2023 di Bandung, Jawa Barat, sudah berlalu. Ketua Umum lima tahun ke depan pun sudah terpilih. Hendry Ch Bangun menang dengan selisih suara enam dari Atal S Depari.
Atal 40, Hendry 39, Zulmansyah 9 suara. Suasana ruang sidang yang semula "panas" tiba-tiba hening. Peserta Kongres XXV PWI yang masih terjaga pukul 01.15 WIB dinihari itu, saling pandang. Tak ada yang tahu apa selanjutnya yang terjadi. Itulah hasil putaran pertama sidang pleno Pemilihan Ketua Umum PWI Periode 2023-2028.
Dari total 88 suara yang diperebutkan, tidak ada calon yang berhasil meraih suara 50 persen plus satu. Berarti pemilihan lanjut putaran kedua dengan calon dua orang; Atal S Depari sebagai petahana, berhadapan dengan Hendry Ch Bangun, sosok yang kalah lima tahun lalu di Kongres XXIV Solo. Sejarah memang selalu berulang.
Wajah cemas dan optimistis para pendukung, mewarnai ruangan sidang. Tiba-tiba saja, tanpa sadar sebagian besar melihat cuplikan ke Zulmansyah Sekedang, calon yang hanya mengantongi sembilan suara.
Ketua PWI Riau yang ikut dalam kontestasi pemilihan Ketum PWI Pusat ini, disadari atau tidak, jadi penentu. Kepada siapa suara diberikan, dialah pemenang. Istilah saya, Zulmansyah jadi joker!
Begitu pimpinan sidang mengetok palu tanda sidang diskor selama 30 menit, saya amati apa yang dilakukan dua kandidat beserta tim suksesnya masing-masing. Dengan wajah yang tetap keren, Hendry terlihat santai. Begitu pun para pendukungnya. Sedangkan Zulmansyah langsung keluar ruang sidang, berbaur dengan kontingen PWI Riau.
Berbeda dengan petahana yang terlihat tegang dan cemas. Bagaimana tidak? Kepercayaan diri yang begitu tinggi akan memenangkan satu putaran, seketika buyar.
Sejak awal, Atal Depari sangat yakin memenangkan satu putaran. Malah sudah mematok angka 48 suara. Keyakinan inilah yang membuat lalai tidak melakukan lobi apapun dengan calon orang lain. Jikapun ada, hanya sebatas basa-basi dan searah.
Kenyataannya berbeda. Hanya 40 suara, beda satu suara dengan Hendry. Ke mana perginya delapan suara lagi? Syok tentu saja. Apa yang harus dilakukan? Dikirimlah utusan untuk bertemu empat mata dengan Zulmansyah. Gagal. Anak muda ini enggan dan memilih menghilang hingga sidang pleno pemilihan putaran kedua dimulai.
Akhirnya bisa diduga. Pada putaran kedua, Hendry Ch Bangun memperoleh 47 suara, sedangkan Atal S Depari 41 suara. Kenapa jadi aneh? Mengapa 48 tidak berbanding 40? Wallahu a'lam. Hanya Tuhan yang tahu, selain pemilik suara tersebut tentunya.
Lewat tengah malam itu, secara demokratis, Hendry Ch Bangun terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat periode 2023-2028, menggantikan Atal S Depari yang mengalahkannya lima tahun lalu di Solo dengan suara 38-35.
Sungguh sebuah drama dan penantian yang panjang. Kerja keras dan dukungan dari pemilik suara fanatik yang hebat, menghasilkan hasil. Takdir berada di ujung usaha manusia.
Satu hal penting yang perlu saya garis bawahi. Sejak awal, Hendry Ch Bangun selalu melakukan komunikasi dua arah dengan Zulmansyah. Sejajar tanpa ada yang merasa direndahkan. Di mana saja dan kapan saja. Sejak awal Kongres dibuka, pertemuan keduanya semakin intensif.
Puncaknya, dua jam sebelum sidang pleno pemilihan calon Ketum dimulai, keduanya bersepakat. Putaran pertama, Zulmansyah tetap maju dengan sisa suara yang ada, sembilan.
Pada putaran kedua, suara Zulmansyah beralih ke Hendry. Momen kesepakatan dua tokoh itu sempat saya abadikan dalam sebuah foto. Semoga menjadi sejarah, minimal buat mereka berdua.
Akhirnya Zulmansyah menjalani lakonnya sebagai penentu kemenangan Hendry Ch Bangun untuk menjemput takdir sebagai Ketum PWI Pusat lima tahun ke depan. Mengulanginya sebagai penentu kemenangan Atal S Depari lima tahun lalu di Solo.
Bedanya, kali ini peran itu ditunjukkannya secara jelas dan tegas. Sepertinya ia ingin mengatakan bahwa anak muda yang dianggap remeh itulah pemain terakhir yang menentukan ke mana kartu jokernya diserahkan.
Proses Panjang
Sejak mendeklarasikan diri maju sebagai calon Ketum PWI di sela-sela Peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2023, Februari di Medan, Zulmansyah sudah menunjukkan keseriusannya.
Dengan tagline Melakukan Perubahan Menuju PWI Hebat, Ketua PWI Riau ini bersafari ke berbagai daerah. Tidak sendiri. Minimal sekali berangkat empat orang. Awalnya, tak ada yang percaya. Ia disebut sebagai orang Atal untuk menggembosi loyalis Hendry.
Kunjungan pertama adalah Pulau Jawa. Dari Yogya, Solo, Surabaya, dan terakhir Semarang. Lanjut ke Makassar, di mana pertemuan dilakukan dengan empat Ketua PWI Provinsi. Tak ketinggalan, Kantor PWI Jaya juga datangi. Terakhir ke Pulau Kalimantan, bersilaturahmi dengan PWI Kalsel dan Kalteng.
Saya, Raja Isyam Azwar (Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Riau), dan Oberlin Marbun (Bendahara PWI Riau) sesekali Novrizon Burman (Penasihat PWI Riau) ikut– selalu mendampingi Zulmansyah dalam setiap kunjungan. Dari diskusi yang terjadi, mereka menerima Zulmansyah dengan visi misi yang dibawanya.
Kondisinya sungguh berat. Zulmansyah mencoba masuk ke dalam dua kelompok pendukung Atal S Depari dan Hendry Ch Bangun, di mana sebagian besar masih orang yang sama. Sepertinya Kongres XXV Bandung adalah ajang pertarungan ulang, terutama buat loyalis Hendry. Mereka tidak mau kalah dua kali.
Tapi apapun itu, silaturahmi tetap jalan. Safari terus lebih lanjut. Kunjungan melebar ke senior-senior PWI di Jakarta. Diskusi dan komunikasi semakin intensif. Undangan Ketua Dewan Kehormatan (DK) PWI Pusat untuk memaparkan kunjungan misi di depan anggota DK, disambut Zulmansyah.
Yang penting tak ada dusta di antara kita, kata Zulmansyah, dalam setiap pertemuan dengan Ketua PWI Provinsi yang dikunjungi.
Sepak terjang Zulmansyah ini membuat atmosfir persaingan calon Ketum PWI Pusat menjadi lebih "hidup" dan bergairah. Dalam sejarah PWI, belum pernah ada Ketua PWI provinsi yang serius menyatakan maju mencalonkan diri sebagai ketua umum. Itu dibuktikannya dengan melakukan safari sekaligus silaturahmi ke pemilik suara, lengkap dengan visi misi yang jelas.
Dari rangkaian perjalanan silaturahmi (politik?) yang dilakukannya, jelas banyak hal positif yang diperoleh. Selain menambah sahabat dan jaringan pribadi, berbagai masukan dari kawan-kawan PWI daerah membuat Zulmansyah semakin mengenal lebih banyak lagi dalam organisasi jurnalis tertua dan terbesar di Tanah Air ini. Dan itu ikut membentuk sikap dan pribadinya yang semakin matang.
Kalah menang dalam sebuah pertarungan adalah biasa. Ambil positifnya saja. Selama enam bulan mengikuti perjalanan keliling Indonesia, secara pribadi saya melihat proses perubahan Zulmansyah menjadi pribadi yang lebih matang. Sudah saatnya ia melangkah ke pusat kota. Seluruh pengurus PWI Riau, saya rasa, ikhlas melepasnya untuk mengabdi di PWI Pusat.
Keputusan ini tentunya berimplikasi besar terhadap PWI Riau. Periode kedua Zulmansyah jadi nakhoda baru berjalan 1,5 tahun (2022-2027). PWI Riau harus segera mempersiapkan penggantinya. Berkaca dari sepak terjangnya selama memimpin, itu tidak mudah. Semoga saja semuanya berjalan lancar.
Saya yang secara otomatis ikut mengenal dan berkomunikasi dengan kawan-kawan Ketua PWI provinsi, hari ini menyatakan kebanggaan saya sebagai anggota PWI. Integritas dan kapasitas mereka sebagai pemimpin tidak perlu diragukan lagi. Hampir tak ada yang namanya jual beli suara. Jikapun ada yang menggunakan kesempatan untuk mencari keuntungan secara finansial, paling hanya satu dua orang. Dan, saya pun ada di sana sebagai saksi hidup.
Tapi percayalah. Gaya preman seperti itu tidak akan punya tempat di PWI. Seiring berjalannya waktu, mereka akan tersengkir dengan sendirinya.
Akhirnya, selamat bekerja kepada para pengurus PWI Pusat masa bakti 2023-2028. Anggota Amanah berada di bahu Anda. Jaga itu dengan baik. Hidup PWI Hebat!! ***
Penulis Helmi Burman adalah Ketua DKP (Dewan Kehormatan Provinsi) PWI Riau.