Gubernur Syamsuar berbaring di pangkuan sang isteri, Misnarni, ketika dalam perjalanan dengan sampan motor ke kawasan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang, Bukit Baling, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
GUBERNUR itu manusia juga. Begitu kata mantan Menteri Dalam Negeri RI, Gamawan Fauzi. Sebagai manusia, tentu dia sama dengan orang kebanyakan. Bisa marah, sedih, letih, tersenyum, cemberut, terluka dan berduka. "Dan dia juga bisa penuh kasih dan penuh cinta," kata mantan Gubernur Sumbar itu.
Jadi, jika ada gubernur yang suka marah-marah, menangis atau malah suka merajuk, itu manusiawi saja. Apa beda gubernur dengan rakyat biasa. Toh, satu ketika, saat dia tak menjabat lagi, dia akan kembali ke habitatnya; rakyat jelata. Yang penting, dia bisa menjaga moralnya sebagai pemimpin.
Menurut Yassin Salleh, Budayawan dan Penyair terdepan Malaysia, Sultan, Raja atau pemimpin negeri semacam "Governor", memanglah orang biasa. Yang membedakannya, mereka adalah orang yang terpilih. Dari sekian juta orang, mereka adalah "Utusan Kebenaran".
Karena itu, kata Yassin, di negeri Melayu ini, Raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah. Jadilah raja yang dicintai rakyat. Jadilah raja yang berpihak bagi kepentingan masyarakat. Jadilah suluh di dalam gelap. Jadilah mimpi indah di tidur lelap.
Sebagai orang terpilih, sultan, gubernur dan menteri besar, adalah cerminan jabatannya. "Cermin retak, tak akan membuat wajah menjadi lawa," kata pengarang buku best seller "Ikan Ikan di Kaca" Ini. Raja yang arif dan santun, tambahnya, membuat rakyat mencintainya. Sultan yang penyayang, cinta rakyat dan keluarga, akan membuat masyarakat jadi sejuk.
Yassin yang juga Presiden Ziarah Karyawan (ZK) Nusantara, beberapa kali ke Riau. Namun dia mengaku tak kenal dan tak pernah berjumpa dengan Sultan (Gubernur Riau). Tapi menurutnya, Sultan Riau itu, adalah sosok yang berbeda. "Saya dengar dari mitra saya di Riau, beliau orang yang tegas, cergas, teliti, merakyat dan selalu hati-hati dalam bertindak," ujar Yassin mengenai sosok Gubernur Riau (Gubri).
Sesungguhnya, tulisan ini memanglah membicarakan Gubri, Drs H Syamsuar MSi. Pejabat karir yang jadi pamong sejak dari bawah. Mulai dari kepala kecamatan, wakil bupati, bupati, hingga kini menjadi orang nomor satu di Riau.
Rakyat Riau mempercayakan tampuk kepemimpinan "Sultan Riau" kepada lelaki 66 tahun ini, hingga 2024. Tahun 2019 lalu, Syamsuar yang berpasangan dengan Eddy Natar Nasution, memenangkan hati rakyat, hingga kemudian dia menjadi gubernur.
Menurut Ketua Harian LAM (Lembaga Adat Melayu) Riau, Datuk Seri Syahril Abubakar, pilihan rakyat kepada mantan bupati Siak ini, adalah pilihan yang sangat tepat. Karena, kata Datuk Syahril, serahkan lah sesuatu pada ahlinya. Dan Syamsuar memang ahli dalam mempimpin daerah. Selain merupakan alumni APDN, Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Sumatera Utara, juga megister Ilmu Pemerintahan dan Kemasyarakatan dari Universitas Riau.
Syamsuar, lanjut Syahril, dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab sejak awal karirnya menjadi pemimpin. Karenanya, lebih separuh umurnya, dihabiskan untuk jadi pamong yang disegani. Lihatlah misalnya, ketika dia meneruskan kepemimpinan di Siak, Negeri Istana itu kini lebih bersih dan maju.
"Saya yakin beliau akan berbuat lebih baik bagi Riau ke depan. Apalagi beliau juga seorang humanis, peduli pembangunan dan persoalan masyarakat. Lebih dari itu, Pak Gubernur sangat mencintai keluarga. Keberhasilan pemimpin, bisa dilihat dari cara dia membina keluarganya. Keluarga mereka sangat harmonis dan anak-anaknya pun berhasil semua," tegas Syahril.
Syahdan, Syamsuar kini memasuki tahun kedua kepemimpinannya sebagai Gubernur Riau. Masih panjang jalannya untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan menggesa berbagai sektor pembangunan Riau ke depan.
Dan, memasuki dua tahun kepemimpinannya, dia sudah bergerak cepat membangkitkan kembali perekonomian daerah, menarik investor, menguatkan peran SDM dan aparat pemerintahan, membangun sejumlah sarana prasarana, penegakan supremasi hukum, sosial, budaya, pariwisata, kesehatan, keuangan daerah, keterbukaan informasi publik, pembelajaran politik, memerangi kemiskinan, menambah jumlah tenaga kerja dan lain sebagainya. Bahkan tanpa kenal lelah, Gubri sering pula turun ke daerah, bergerilya mengunjungi masyarakat sampai ke pelosok-pelosok negeri.
Syamsuar memang peduli terhadap semua sektor pembangunan dan kemasyarakatan, meski masih ada pula sekelompok kecil masyarakat yang terkadang mengeritiknya dengan keras. Tapi kata Syamsuar, dia akan tetap jalan terus. Menjadi pemimpin, katanya, memang harus siap dikeritik.
Syamsuar memang tak bergeming dan tetap menjalankan tugas-tugas, apapun hambatannya. Pekan lalu misalnya, Syamsuar harus naik Robin (sampan bermotor) ke kawasan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang, Bukit Baling, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, dalam rangka "Festival Subayang". Perhelatan ini menyajikan kegiatan eksplore destinasi wisata Batu Dinding dan acara seni pertunjukan serta pemutaran film pariwisata.
Saking jauhnya perjalanan dengan sampan bermotor ke lokasi acara, Syamsuar mengaku letih dan kecapekan. Hingga tanpa basa-basi gubernur merebahkan badan dan berbaring di pangkuan istrinya, Hj Misnarni, yang selalu menemaninya dalam beberapa kesempatan.
Melihat gubernur seperti itu, beberapa staf dan pejabat yang satu Robin dengannya jadi agak terkejut. Tapi Syamsuar malah tersenyum kecil. Begitu juga Hj. Misnarni yang sudah faham betul sifat lelaki yang didampinginya puluhan tahun menjadi penjabat negara. Kepada wartawan Syamsuar mengaku memang kepenatan. "Karena jauh, jadi penat duduk. Lalu guling karena Kakak (Misnarni) pakai kursi plastik," ujar Syamsuar.
Perjalanan itu memang jauh. Setelah beberapa jam menuju Sungai Subayang, Desa Gema, Kampar Kiri Hulu, untuk sampai ke Desa Tanjung Beringin, menghabiskan pula waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan Robin. Selama perjalanan, sampan harus mengarungi derasnya arus Subayang.
Saat ditanya, kenapa harus jauh-jauh dalam kunjungan kerja seperti ini, dengan mimik serius gubernur mengatakan, itulah tanggung jawabnya sebagai kepala daerah. "Tujuan kami datang tak lain untuk mempromosikan Festival Subayang. Kunjungan ini merupakan yang keduakalinya di destinasi yang ada di Kabupaten Kampar. Jadi kami mempromosikannya bersama-sama Forkompimda. Sebelumnya kami juga telah mengunjungi danau Tepian Mahligai," kata Syamsuar sesampai di Desa Tanjung Beringin.
Tanggung jawab moral yang dia maksud adalah, bahwa Festival Subayang merupakan destinasi wisata alam Riau yang bisa dikembangkan menjadi ekowista dalam dan luar negeri. Festival ini, kata Gubernur, memiliki nilai-nilai adat yang sangat asli dan memiliki "nilai jual" tinggi.
“Keaslian nilai-nilai adat ini harus dilestarikan dan dipertahankan dan harus diwariskan kepada anak, keponakan, agar mereka tahu dan terbiasa dengan yang telah dilakukan oleh orang tua sejak zaman dahulu,” tegasnya pada festival yang dilaksanakan dua hari 14-15 November 2020 itu.
KEGIGIHAN Gubernur Riau ini, kata istrinya Hj Misnarni di beberapa kesempatan, memang merupakan karakter dasar Syamsuar. Dia tidak akan berhenti sebelum menyelesaikan atau mendapatkan apa yang sudah dimulainya. Dulu, Syamsuar pernah gagal dan dikalahkan Arwin AS saat maju jadi Bupati Siak. Tapi dia tak pernah menyerah. Lima tahun kemudian, dia maju lagi dan menang. Bahkan akhirnya, Syamsuar menjadi Bupati Siak dua priode.
Dulu juga, kata Hj Misnarni, Syamsuar pernah tiga kali ditolak untuk menjadi kekasih atau pacarnya. Tapi Syamsuar tak pernah surut, sampai akhirnya setelah lima tahun berkenalan, Syamsuar menikah dengan Misnarni.
”Setelah tigo kali bapak naksir sayo, barulah sayo mau same dio. Tak tau apo pasal sayo jatuh cinta pulak sama bapak, mungkin kareno dio selalu memperhatikan, serius dan gigih dengan sayo," ujar ibu tiga anak ini dengan logat Melayu kepada awak media di sebuah perbincangan.
Sebaliknya, Syamsuar selalu menolong siapapun yang menurutnya pantas diberi pertolongan. Juga, mendukung orang-orang untuk berprestasi, selalu mengajak untuk bekerja keras, tak kikir dalam memberi semangat dan motivasi. Dia ingin, kegigihan yang dimilikinya tak hanya merupakan cerminan kerja kerasnya, tapi juga bisa panutan bagi yang lain.
Kata Misnarni, dengan cara dan pola itulah Syamsuar membangun karir kepamongannya, keluarganya, hingga kemudian bisa menjadi Bupati, bahkan kini Gubernur Riau. Khusus terhadap keluarga dan sanak familinya sendiri, Syamsuar melakukan hal yang sama dengan orang lain. Dia tidak akan berhenti mendukung dan memberi motivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
Bahkan ketika Hj Misnarni yang merupakan atlet bola voli terkenal di Siak-Bengkalis, meski sudah berkeluarga dan memiliki anak, tetap dibolehkan dan didukung berlatih serta mendirikan klub bola voli. Ketika Syamsuar menjadi Camat di Siak, Hj Misnarni mendirikan klub voli yang diberinama; Cik Puan. Klub ini, pada tahun-tahun itu, sangat disegani bahkan ditakuti oleh lawannya. Misnarni sendiri, malah tergabung sebagai pemain inti di Cik Puan.
Tapi ketika klub Cik Puan ini sudah tidak lagi mendapatkan lawan seimbang, karena selalu juara, Syamsuar mengatakan kepada istrinya agar memberi kesempatan pada klub lain untuk menjadi juara. "Bapak bilang ke sayo, agar Cik Puan tak usah ikut bertanding lagi, karena juara terus," kata Misnarni yang hingga kini, dalam beberapa kunjungan ke daerah, sebagai Ketua Penggerak PKK, selalu mendampingi Syamsuar.
Begitulah! Sebagai manusia biasa, Syamsuar bisa saja tampak letih, gigih, ambisius, kecapekan dan bahkan bisa berbaring begitu saja di pangkuan istrinya. Tapi sebagai gubernur, dia adalah kepala daerah dan tangan pemerintah pusat, yang harus bertanggung jawab atas kemajuan dan kemunduran negeri ini.
Kemudian sebagai "Sultan Riau", dia juga harus memberikan keteladanan bagi rakyatnya. Dia harus adil, memutus dengan benar, membuat kebijakan pro rakyat dan selalu memberi motivasi menuju negeri yang bermarwah kepada masyarakat. Tak boleh zalim atau melakukan apa yang dia suka. Karena dia adalah seorang "Utusan Kebenaran".
Tapi terlepas dari itu semua, sebagian besar masyarakat Riau melihat, Syamsuar memanglah seorang pamong berpengalaman, pejabat yang bertanggung jawab, pemimpin yang tegas dan ayah yang baik bagi rumahtangganya. Karena itulah rakyat Riau memilih dan memenangkannya pada Pilgubri 2019 lalu.
Khusus sebagai ayah dan kepala keluarga yang baik, Syamsuar juga memperlihatkan kepada masyarakat bagaimana cara dia memotivasi orang dan mendidik serta memperlakukan anak-anaknya. Sehingga anaknya pun menjadi orang yang berhasil.
Pula, cara dia menghormati istrinya di Sungai Subayang, adalah contoh dari keluarga sakinah. Syamsuar secara tidak langsung sudah memberikan contoh, bahwa suami yang lelah, akan berlindung dan mendapat perhatian tulus dari istrinya. Subayang sudah membuktikan banyak hal. Antara lain ada rindu, cinta dan sayang yang tak pernah hilang dari ibu rumah tangga biasa bernama Misnarni. ***
Penulis H. Dheni Kurnia; Ketua Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Riau